Pernikahan adat bali
5. Masegehagung dikerjakan untuk menyambut mempelai wanita, kain kuning akan dibuka oleh ibu calon mempelai pria dan ditukar dengan uang
Penyambutan mempelai wanita di kediaman keluarga pria diawali dengan ritual masegahagung. Pada prosesi ini, ibu dari mempelai pria membuka kain kuning yang diaplikasikan mempelai wanita dan menukarnya dengan kepeng satakan (nama uang pada masa lampau) senilai dua ratus kepeng. Masegehagung menjadi pertanda diterimanya mempelai wanita dalam keluarga mempelai pria.
6. Mekala-kalaan yakni permulaan dari prosesi mempertimbangkan benang yang berarti kedua mempelai sudah siap mengawali hidup berkeluarga
Mekala-kalaan atau madengen-dengen yakni rangkaian prosesi adat Bali yang terdiri dari menyentuhkan kaki pada kala sepetan, jual beli, dan menikam tikeh dadakan, serta mempertimbangkan benang. Pertama kedua mempelai menjalankan upacara menyentuhkan kaki pada kala sepetan yang bertujuan untuk menyucikan dan membersihkan diri. Ritual ini diawali dengan mempelai wanita membawa bakul perdagangan, dan mempelai pria memikul tegen-tegenan, keduanya berputar sebanyak tiga kali mengitari pesaksi, kemulan, dan penegteg. Sesudah itu baru menyentuhakn kaki pada kala sepetan.
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi jual beli oleh kedua mempelai, aktivitas ini yakni simbol dari kehidupan berumah tangga yang semestinya saling melengkapi, memberi dan mengisi, sampai meraih tujuan yang berharap ditempuh. Seusai jual beli, mempelai wanita sudah siap mengendalikan anyaman tikar yang terbuat dari pandan muda (tikeh dadakan), meskipun calon mempelai pria menyiapkan keris. Berdasarkan kepercayaan Hindu, tikeh dadakan menyimbolkan tenaga Sang Hyang Prakerti (tenaga yoni), meskipun keris pria melambangkan tenaga Sang Hyang Purusa (tenaga lingga).
Prosesi mempertimbangkan benang diawali dengan kedua mempelai yang bersama-sama menanam kunyit, talas, dan dokar di belakang merajan (daerah sembahyang keluarga). Ritual ini sebagai bentuk melanggengkan keturunan keluarga. Kemudian sesudah itu mempertimbangkan benang yang terentang pada cabang dadap (papegatan) yang berarti kedua mempelai siap mengawali hidup berkeluarga.
7. Ritual berikutnya yakni natab banten beduur, pertemuan keluarga di pura yang minta doa leluhur untuk melanjutkan keturunan
Prosesi berikutnya yakni pertemuaan kedua keluarga di dalam pura pada kediaman mempelai pria yang dipimpin oleh pemangku sanggah dan para pinisepuh. Upacara ini bertujuan untuk minta doa pada leluhur untuk menyambut keluarga baru dan menerima keturunan.
8. Terakhir yakni upacara mejauman (ma pejati), ritual ini dimaksudkan untuk menghormati leluhur keluarga dan memohon pamit
Upacara majauman yakni pertanda bahwa wanita telah menikah dan mencontoh suami. Ritual ini dimaksudkan untuk menghormati leluhur keluarga sekalian pamitan pada leluhur mempelai wanita. Kedatangan mempelai wanita diiringi dengan membawa pelbagai panganan tradisional berwarna putih dan merah, kudapan manis bantal, apam, sumping, kuskus, wajik, gula, kopi, buah-buahan, lauk-pauk, dan lainnya.
Jadi, itulah tadi sebagian rangkaian adat pernikahan adat Bali.